Justin gemetaran,
ia tidak menyangka bahwa orang yang paling ditakuti di batalyon adalah
seseorang yang masih muda dan secara fisik tidak seperti yang ia bayangkan.
Tubuhnya yang pendek dan posturnya yang biasa saja sama sekali tidak memberikan
kesan bahwa pria yang menjabat tangannya sekarang adalah Dylan. Mereka
sama-sama terdiam, kemudian melepaskan tangannya. Pandangan Justin sama sekali
tidak lepas dari Dylan. Dylan melangkah ke sebuah kabinet dan membukanya. Disana
terdapat banyak sekali senjata dari berbagai jenis. “Kau mungkin sudah
mengetahui apa yang akan kulakukan terhadapmu.” Kata Dylan sambil mengambil
senjata favoritnya sebuah sniper buatan Pindad tipe spr-2. Seketika itu Justin berlari keluar secepat
angin tanpa mengatakan apapun. Dylan mengeritkan dahi dan meletakkan kembali
senjatanya di kabinet.